Abad 21 ini dunia sangat digencarkan dengan adanya gerakan terorisme transnasional. Gerakan tersebut hadir secara beruntun, yang dimulai dari Al-Qaeda yang bangkit dari gerakan mujahidin Afganistan (1988) dan kemudian disusul dengan ISIS (2013) yang dipimpin oleh Al-Baghdadi. Keberadaan dua gerakan tersebut dijustifikasi mengancam stabilitas dunia. Hal ini dibuktikan dengan gerakan mereka terhadap Amerika secara besar-besaran dengan menyerang WTC pada tahun 2001.
ISIS dan Al-Qaeda menurut pendapat kebanyakan penelitia, memiliki hubungan yang sangat erat. Disatu sisi mereka memang berangkat dari dasar-dasar keagamaan yang sama yakni Islam. Mereka menggunakan landasan-landasan jihad fi sabillilah untuk melakukan segala aktifitas terornya. Namun nama Islam, yang tercatut dalam dua gerakan tersebut, ternyata berdampak besar bagi penduduk dunia. Kemunculan-kemunculan wacana-wacana bahwa Islam agama teroris tidak dapat dihindarkan. Dampaknya citra Islam semakin buruk, dan terjadilah tindak-tindak pendeskreminasian terhadap umat Islam di segala bidang.
Membahas dua wacana tersebut ISIS dan Al-Qaeda tentu tidak akan pernah berujung, karena fenomnea itu sekarang masih sangat subur berkembang di Timur Tengah. Pembahasan ini akan dibatasi pada kajian tentang ISIS dan hubungannya dengan Islam. Apakah isis tersebut belatar belakang Islam? Atau sebauh konspirasi yang ingin melemahkan Islam di dunia. Atau sebuah oknum yang ingin bergerak memperoleh kekuatan politik dan mendapatkan keuntungan dalam bidang perekonomian dengan memanfaatkan Islam sebagai mobilisasi masa pendukung dan jargon-jargon jihad dan mati syahid pemanisnya.
Semua itu menjadi sebuah pertanyaan siapa saja, khususnya para pengamat politik timur tengah. Apakah ini konspirasi Tuhan kepada hamba-Nya dan sebagai petunjuk, bahwasanya pertunjukan dunia akan diakhiri atau sebauh medan ujian untuk berufikir dan bertindak mempersatukan umat Islam melalui goncangan yang dirasakan oleh seluruh umat Islam di dunia.
Apakah ISIS itu MUSLIM...?
Pertanyaan ini hadir lantaran banyaknya wacana yang berkembang, bahwasanya ISIS itu adalah MUSLIM. Hal ini sangat perlu dikaji secara mendalam, agar kepahaman kita tidak salah dalam menafsirkan setiap isu yang sedang berkembang. Kalau ditinjau dari kajian strukturalis-historis, kita tidak dapat menafikan bahwasanya ISIS itu adalah interpretasi Islam. Karena memang pada awalnya bergerak dari sektor-sektor perlawanan terhadap penjajahan barat (Mamdani, 2004).
Namun dalam realitas sekarang ini, Islamisme ISIS ditolak oleh seluruh umat muslim di dunia. Umat muslim di dunia menolak aksi-aksi teroristik dan dokterin-dokterisn reaksioner. Faktanya, banyak warga Muslim menjadi korban dari kekerasan Islamis, dan berkonfrontasi langsung dengan pasukan ISIS di darat, sebaimana dilakukan oleh pasukan Kurdi, yang juga golongan Muslim (Mamdani, 2004). Selain itu, banyak sekali umat-umat muslim juga menjadi korban-korban kekerasan bahkan pembunuhan pasukan ISIS.
Namum kehadiran media pemberitaan sekala internasional tidak dapat dielakkan. Bahwasanya setiap muncul kasus ISIS itu diklaim sebagai kasusnya umat musliam umat dari agama yang mengajarkan jihad dan aksi teroris. Islam seakan menjadi kambing hitam, dari setiap perbuatan yang dilakukan oleh ISIS, karena nama ISLAM tersemat dalam organisasi mereka, walau media internasional tidak melakukan justifikasi langsung.
Namun ada wacana yang berkembang ISIS bukan MUSLIM, melainkan mereka adalah bentukan Israel, Amerika Serikat dan Inggris sebagimana dilansir dalam media Republika.co.id internasional (1/8/14). Gagasan ini disampaikan oleh Badan Keamanan Nasional Amerika Snowden, dikutip dari Global Research, sebuah organisasi independen di kanada. Namun gagasan tersebut juga tidak dapat sepenuhnya dibenarkan.
ISIS KONSPIRASI KEPENTINGAN POLITIK
Dalam rangkaian sebuah media pemberitaan, seakan-akan tidak ditemukan kekonsistenan dalam membahas ISIS ini. Hal ini ditunjukkan dengan berbagai berita yang muncul ada yang sifatnya bertolak belakang. Ataukah mamang sengaja hal tersebut dimunculkan dalam wacana kekinian, agar para pembaca, pengamat politik semakin dirumitkan dengan strategi yang digunakan oleh golongan-golongan yang berkepentingan dalam ISIS.
Dalam media pemberitaan Sindonews.com (23/11/15) ada tudingan Rusia terhadap Amerika Serikat penolong ISIS. Ditemukan juga berita Berita yang dimuat dalam BBC (13/10/15) dengan judul “Amerika Serikat berikan amunisi pada musuh ISIS Suriah”.
Hal demikian ini menjadikan kecurigaan yang telah dipaparkan oleh Snowden betul betul nyata. Rusia sebagai negara besar mungkin telah mampu melihat gerak-gerik politik dalam menontrol ISIS untuk terus menjadi pusat perhatian di dunia. Disisi lain juga keduanya, disebutkan dalam surat pemberitaan internasional enggan untuk bekerjasama dalam berantas ISIS. Walaupun apa yang dilakukan Amerika tidak sepenuhnya memberantas ISIS.
Jika dilacak melalui media pemberitaan, bantuan Amerika dalam membantu penyerangan ISIS justru menimbulkan kerugian besar bagi wilayah tersebut. karena serangan yang dilakukan mungkin secara sengaja tidak diakuratkan, hingga akhirnya banyak menimbulkan kematian warga sipil yang tidak besalah dan perusakan beberapa fasilitas sosial. Tindakan Amerika justru menjadi pembantu ISIS dalam pembersihan etnis yang ada. Kemudian dengan kegagalan pasukan Amerika tersebut, mereka hanya mampu berargumentasi dengan berbagai alasan.
Semua isu yang berkembang baik dalam wacana nasional maupun internasional tergantung pada bagaimana sebuah media bercerita dan menampilkan realitas yang ada. Demikian juga dengan adanya media pemberitaan internasional ini. Media sangat berperan penting dalam memberikan pemahaman kepada pembacanya.
Media yang dihadrikan disini antara BBC dan Sindonews, dan Republika telah memberikan beberapa pandangan yang berbeda yang memiliki kecondongan masing-masing dalam mengusung kepentingan masing-masing.
ISLAM SEBAGAI KEDOK
Melihat dari pemberitaan dan isu yang berkembang sepertinya banyak terjadi inkonsistensi pembangunan wacana. Pemberitaan-pemberitaan banyak sekali yang kontras dan seakan mengaburkan realitas yang ada. Pergejolkan kepentingan di dalamnya sangat kental, seakan semuanya ingin menguasai media internasional.
Dalam pemberitaan “AS berika amunisi pada musuh ISIS Suriah” (13/10) ini adalah sebagai bentuk pencitraan skala besar yang dilakukan oleh Amerika Serikat dimata dunia, bahwsanya ia memiliki andil besar dalam membereskan ISIS. Sumbangan yang diberikan sudah barang tentu memiliki maksud dan tujuan tersendiri yang hanya dapat dibaca implisit. Dalam pemberitaan di atas, seolah-olah ISIS memang hadir sebagai pembantu dalam melawan isis namun apakah betul demikian? Jika Amerika ingin betul-betul menuntaskan ISIS kenapa tidak langsung dengan konfrontasi darat dan laut yang tepat sasaran. Gerakan yang dilakukan oleh Amerika seakan mengulur-ulur waktu bahkan turut membabi buta warga sipil yang menjadi basis kekuasaan ISIS.
Dengan terus hadirnya media pemberitaan yang dihadirkan oleh BBC, akan semakin memperkuat pencitraan AS. Dan sudah jelas pula, efek yang ditimbulkan dari berita yang diproduksi oleh BBC ini akan selalu mengarahkan pembacanya untuk mengklaim bahwsanya ISIS itu organisasi teroris yang sudah mendunia.
Dari media BBC ini jelas sudah ISIS tidak memiliki ruang untuk berbicara kecuali melalui media yang mereka sendiri. Kehadiran ISIS dalam media BBC hanya sebagai objek pemberitaan, sehingga ISIS tidak memiliki kekuatan untuk mempengaruhi pemberitaan berskala internasional, apalagi untuk menggelar konferensi pers dan melakukan klarifikasi apa yang terjadi terkecuali melalui media berita yang dimiliki ISIS tersendiri.
Dari beberapa pemberitaan yang berkembang saya mulai curiga, bahwasanya ISIS adalah konspirasi perpolitikan untuk mendapatkan kekuasaan dalam kanal-kanal minyak yang ada di suriah dan irak. Dalam sebuah media pemberitaan juga pernah disebutkan, bahwasanya pimpinan ISIS yang sekarang Al-Baghdadi pernah diculik oleh Amerika dan kemudian dilepaskan kembali dengan berbagai perjanjian. Pemberitaan itu menjadikan pemahaman kita semakin kabur akan realitas yang ada.
Kehadiran ISIS dan keterhubungannya dengan Al-Qaeda serta nama Islam yang digunakan itu adalah sebuah konspirasi pengambinghitaman sebuah golongan yang sengaja dibangun. Ada banyak pendapat yang mengatakan ISIS adalah bentuk golongan yang memisahkan diri dari Al-Qaeda kemudian sangat berambisius untuk menjadikannya sebuah negara. Hal hal tersebut dimanfaatkan oleh Adi Kuasa seperti Amerika untuk masuk dan mengambil keuntungan dari isu yang berkembang.
Israel, Inggris, dan Amerika seperti yang telah disebutkan dari hasil research Global di Kanada telah menjadi otak dari pegerakan basis ISIS itu sendiri. Nama islam dan kelompok fundamentalis dihadirkan untuk kemudian dijadikan perwajahan dalam segala aktifitas ini. Kenapa harus Islam dan kenapa harus timur tengah? Hal tersebut terjawab, bahwasanya islam adalah agama besar di dunia dan pemeluknya tersebar dimana-mana dan timur tengah menjadi basic utama, karena hingga saat itu pandangan timur tengah adalah pusat islam masih sangat subur walau sudah mulai bergeser dengan banyaknya konfrontasi yang terjadi.
Hal tersebut kemudian dimanfaatkan untuk mengambangkan isu-isu dunia dan seakan menjadi pemberitaan setiap harinya dalam media internasional. Hal ini tentu tidak terlepas dari faktor perpolitikan, perekonomian. Wilayah-wilayah yang dikuasi ISIS adalah basis panghasil minyak terbesar di dunia. Dengan adanya kanal-kanal minyak disana, ISIS dapat merauk keuntungan dan dana segar yang terus bergulir. Namuan dimana ISIS menjual minyak tersebut? inilah yang kemudian dibaca, jangan-jangan Amerika hanya melakukan supaya upaya pelancaran dalam mengalihkan minyak-minyak yang ada di wilayah kekuasaan ISIS dengan mudah, sementara isu yang berkembang Amerika memerangi memerangi ISIS. Hal tersebut tidak dipungkiri, Inggris dan Israel juga turut ambil bagian di dalamnya.
Jika memang benar isis itu memerangi kafir, kenapa tidak ada perlawanan terhadap israel di gaza. Hal tersebut juga menjadi salah satu bukti bahwsanya ISIS itu adalah sebuah nama dari rezim perpolitikan dunia untuk dapat menguasai minyak dunia dan Islam adalah topengnya.
Namun pembacaan tersebut tidak dapat dapat diyakini sepenuhnya yang jelas atas segala tindakan yang diakukan oleh negara-negara besar dunia, sangat serat dengan kepentingan politik. Karena seharunya hal tersebut ditangagi oleh PBB bukan pada tiap negara yang mampu, seakan fungsi PBB dalam kasus ISIS nihil.
Dan Fundamental yang perlu dipahami adalah Islam bukan ISIS dan Muslim bukan teroris. Asas-asas yang digunakan oleh ISIS yang sangat berbeda jauh dengan Islam. Hanya berperang dengan kalimat-kalimat Allah, mereka menjustifikasi itu jihad, padahal hal tersebut sangat jauh dari tafsiran jihad itu sendiri. Islam hadir untuk mengajarkan kebaikan dan toleransi sebagaimana diajarkan oleh Nabi Muhammad. Dan hal tersebut sekarang masih dapat ditemukan di kalangan muslim sejati.
KESIMPULAN
ISIS dan Islam secara sosio-historis tidak dapat dipungkiri memang memiliki hubungan yang sangat erat. Namun pada realitas sekarang ISIS ditolak oleh seluruh umat muslim di dunia, karena apa yang dilakukan jauh dari prinsip-prinsip keislaman.
Banyak ditemukan di media-media internasioanal pemberitaan yang ikonsistensi dan tidak sesuai realitas justru mengaburkan realitas. Media bergerak berdasarkan kepentingan politik dari masing masing pemiliknya.
Dalam opini saya, ISIS adalah konpinrasi perpolitikan dunia untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dalam menguasai kanal-kanal minyak di timur tengah. Dan Islam dihadirkan sebagai topeng dari segala bentuk aktifitas tersebut.
Sesungguhnya apa yang tunjukan oleh ISIS sudah jauh dari Islam, justru hadir sebagai monster perusak peradaban yang gawangi oleh konpirasi Amerika, Israil dan Inggris.
Daftar Pustaka
Pribadi, Abdurrahman dan Abu Rayyan, 2009. Membongkar Jaringan Teroris. Jakarta: Abdika.
Mamdani, M., 2004. Good Muslim, Bad Muslim :America, the Cold War , and the Roots of T error . New York:Pantheon Books
Eriyanto. 2009. Analisis Wacana. Yogyakarta: LkiS
BBC (13/10/15)
Sindonews.com (23/11/15)
Republika.co.id internasional (1/8/14).
Indoprogress.com/2015/03/isi-bayang-bayang-imprialisme-di-timur-tengah/
Tags:
Makalah
1 komentar
josssss
ReplyDelete