Langkah Perjuangan yang Terlampirkan dengan Goresan Tinta bersama LKP2M

“Sebuah pertemuaan yang mengesankan, ini rencana Tuhan”
***
Alhamdulillah saya dapat kuliah di Malang
Itulah kata yang saya ucapkan ketika saya sampai pada kawasan kampus hijau ini. turun dari mobil kusam  bercat biru, aku langsung menuju depan gerbang besar yang di tunggu oleh dua orang, kira-kira berumur setengah baya dengan seragam putih birunya yang rapi. Perlahan aku datangi mereka dan tanyakan alamat, dengan menyedorkan kertas “oh.. ini disana dek..”, kata bapak tersebut. Langkah kakiku perlahan aku percepat untuk menuju alamat yang tertuliskan pada kertas kusam ditanganku. Setiba ditempat, aku lihat bangunan besar. Tanpa menunggu lama aku langsung masuk, layaknya orang yang pernah tahu. Masuk kamar sesuai nomer, kemudian istirahat. Tiba-tiba Hp saya berdering satu pesan diterima. Isinya adalah undangan buka bersama besama teman-teman Bidik Misi. Aku hadiri undangan itu, hitung-hitung makan gratis.

Ditengah acara tersebut ada salah seorang pembicara yang masih saya ingat. Dia tak terlalu tinggi, badannya agak gemuk. Dengan gaya bicaranya yang lantang dia berpesan agar selalau semangat untuk mengukir prestasi sembari memperlihatkan buku yang bertuliskan LORONG. Masing-masing dari kami mendapatkan buku itu saat acara makan-makan selesai. Bukunya ternayata masih baru terlihat dari baunya yang khas dan kemasan plastik yang masih baik.
Selesai makan, selesai pula kegiatannya. Aku kembali ke kamar untuk melakukan aktifitas seorang muslim di malam Ramadhan. Waktu malam tiba, aku duduk di kasur yang ada dikamar. Termenung karena tidak ada yang menemani. Akhirnya saya putuskan untuk mengambil buku yang deberikan secara geratis. Aku bolak-balik buku itu, ternyata ada sesuatu yang berbeda dengan buku yang lain. Di buku itu saya temukan logo bertuliskan LKP2M. Melihat logo itu semakin ingin aku mengetahuinya. Perlahan aku ketahui kepanjangannya adalah Lembaga Kajian, Penelitian, dan Pengembangan Mahasiswa. Kira-kira organisasi apa ya itu? Tapi yang jelas aku tertarik dengannya.

Buku pemeberian itu terus aku bawa, aku baca karena tertarik pada organisasi yang menerbitkannya. Ingin rasanya dapat berproses didalamnya untuk menghasilkan sebuah karya yang dapat dinikmati oleh kalangan umum. Keinginan itu terus aku pendam dalam, menunggu adanya waktu datang agar bisa masuk dan berproses didalamnya

Tak begitu lama setelah kegiatan Orientasi Pengenalan Akademik (OPAK) dikampus berjalan lancar, diumumkanlah pembukaan pendaftaran UKM. “ Wah, ini kesempatan bagiku” pikirku. Aku tak memperdulikan persyaratannya berat atau ringan, yang penting aku dapat diterima didalamnya dan mengenalnya serta kelak nanti menjadi identitasku. Pelbagai persyaratan dipaparkan di papan-papan pengumuman. Mulai dari tes menulis dan membayar registrasi. Tes menulis bagiku tentu saja menjadi momok yang menakutkan karena aku belum pandai dalam menulis. Tapi akhirnya aku lolos juga sesuai prosedur pengurus.

Layaknya Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) lainnya, LKP2M  juga mengadakan diklat selama tiga hari. Inilah yang membuatku semakin mengerti, sesungguhnya setiap manusia itu memiliki potensi yang besar, hanya saja seseorang itu belum mengetahui hal yang bersifat rahasia itu. Dalam waktu tiga hari aku dan semua teman ku yang lolos tes wawancara di godok dalam “paksaan menulis yang begitu besar”. berat rasanya memang !!!, tapi untuk mewujudkan cita-cita yang mulia aku dan semua teman-teman rela mengurangi jam tidur bahkan ada yang tidak tidur untuk mengerjakan tugas yang diembankan oleh kakak panitia yang bertugas sebagai Tim Penugasan.

“Dipaksa bisa, maka biasa”
Itulah statemen yang pernah aku dengar dari salah seorang senior.
“Tapi apa betul yang demikian itu?”pikirku.
Aku anggap betul saja, karena memang setiap orang memiliki ciri khas masing-masing yang sulit untuk disamakan. Oh ya…. setelah kegiatan pemaksaan menulis itu selesai, rasa manislah yang aku rasakan. Sebab sebelumnya tak pernah melakukan yang seperti itu. Beberapa lembaran putih aku habiskan dan dua alat tulis berisikan tinta aku habiskan.
Diklat itu menambahkan pengenalanku pada UKM LKP2M ini, walau aku belum mengenal seutuhnya. Ternayata LKP2M ini satu-satunya organisasi yang menunjang akademik seorang mahasiswa. Tak jarang yang aktif di organisasi ini adalah orang-orang yang hebat yang memiliki komitmen tinggi. “ Ya Allah mudah-mudahan hamba-Mu yang lemah ini dapat menjadi seperti mereka yang hebat dan konsisten ” kata hatiku. Amin.. LKP2M I love you.
****
Langkah Awal Si Pemula di UKM Tercinta
Awalilah segala sesuatu dengan niat (al-hadits)
Duduk diam termenung menatap mentari yang pasang surut sinarnya. Berangan-angan apakah aku begitu ya? Seperti matahari yang pasang surut sinarnya. Lama diri ini tak menginjakkan kaki di UKM karena disibukkan oleh sesuatu, atau aku memang yang tak bisa mengefisiensikan waktu. Semangat serasa mulai luntur saat jarang ke UKM, apalagi antara satu sama lain belum banyak mengenal. Aku mulai takut jika hal demikian terus berlanjut, tak ada obatnya. Sebab sebuah tanggung jawab besar dipundak ini yang harus diemban sebagai anggota LKP2M. Jika ditanyai hal yang sepele terkait penulisan saja tak mampu menjawab, bahkan belum mempunyai sebuah karya yang dapat dinikmati oleh khalayak umum. Ini kemudian membuatku harus mulai merajut semangat yang bocor ditengah jalan. Agar kelak tak merugi di senja esok hari.

Ditengah-tengah kesibukan akademik, aku sempatkan mencari waktu untuk mengunjungi UKM tercinta. Hal ini setidaknya dapat mempererat persaudaraan antara sesama anggota. Melihat teman-teman se-angkatan yang ahli nulis dan layout  di UKM, iri rasanya. “Mengapa mereka bisa aku kok tidak bisa ? ” kata hatiku. Sedih jika dibayangkan. Tapi ini bukanlah suatu masalah besar bagiku. Aku yakin ketertinggalan ini akan aku kejar dalam waktu yang dekat.

Habisnya masa di semester satu membuat aku semakin erat dengan organisasi. Sebab dulu itu jarang ke UKM karena takut mengganggu kegiatan akademik, hingga akhirnya menyebabkan nilai tak sampai standarisasi sebagai mahasiswa penerima beasiswa Bidik Misi. Kini masa itu telah berlalu. Masa itu aku sebut sebagai masa uji coba seorang mahasiswa baru untuk menjajaki seberapa susahnya melakukan proses awal dalam kampus.

Masih dalam ranah pengenalan, para pengurus mengadakan kegitan rutinan kedua yang biasa disebut kemah kader ilmiah (KKI). Kata salah satu pengurus, kegiatan ini dimaksudkan agar PRA XIV dapat melakukan observasi alam di suatu daerah yang terpencil. KKI ini hanya dilakukan 3 hari. Ini sudah dirasa cukup sebagai pengenalan awal terkait observasi lingkungan. Kegiatan dari pengurus tak berhenti disini. Ada kegiatan lain yang tak kalah menarik, yaitu magang proposal. Awalnya kegiatan ini dirasa sangat sulit bagi saya pribadi. Tapi kondisi dan keadaan mengharuskan kita semua untuk menyelesaikan itu. Dihasil akhir saat semua peserta telah melakukan presentasi, saya memperolah gelar peserta terbaik dalam magang proposal. Alhamdulillah kata yang terucap dari hati yang paling dalam. Tapi kini saya merasa rugi karena tak meneruskan proposal tersebut.

****
Memaksa Diri untuk Bisa
Ditengah jauh ketinggalanku aku selalu mencari jalan terang untuk mengatasinya. Teman-temanku di UKM, aku anggap sebagai saingan untuk memacu semangatku menghasilkan buah karya. Banyak usaha yang aku lakukan salah satunya adalah dengan membaca buku di setiap waktu kosong, serta menarasikan sesuatu yang telah terjadi dalam sehari-hari sebelum tidur. Rasa ngantuk tak aku hiraukan. Sebuah wadah plastik berukuran sedang berwarna hijau aku sediakan di sampingku saat aku menulis. Setiap mata ini mengantuk, aku basuh dengan air yang ada disebelahku. Kalau dikatakan konyol, ini memang konyol. Aku memang sosok seorang mahasiswa yang termasuk suka tidur. Tidak hanya saja malam, pagi saat kuliah pun aku tak jarang untuk tidur.

Dikatakan susah, memang susah. Tapi inilah realita yang harus diperjuangakan. Saya masih ingat benar kata-kata dari ustadz saat di pesantren “seseorang yang mencari derajat yang tinggi (keberhasilan) maka harus mau bergadang”. Bergadang disini dalam artian belajar. Kini aku mengiyakan kata kakak senior yang menyatakana “dipaksa bisa maka biasa”. Tapi kali ini agak saya geser sedikit terkait pemaknaan yang ada didalamnya. Karena aku sendirilah yang memaksa diriku untuk menulis.
Sebelum aku memaksa diri ini, sebetulnya terjadi perang batin dalam diriku.
“Apakah Allah mewajibkan kita menulis?
Pertanyaan pendek diatas tak dapat di jawab dengan Satu kata, dua kata, melainkan membutuhkan penjelasan amat luas. Dibutuhkan pemikiran panjang dan pengkorelasian antara beberapa hal untuk menjawabnya. Kita semua sebagai insan yang berakal telah mengetahui bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan manusia dengan segala bentuknya yang paling sempurna diantara makluknya yang lain. Oleh sebab itu porsi tanggung jawab yang diberikanNya kepada manusia berbeda pula dengan makhluk lainnya. Suatu tanggung jawab ini harus dilaksanakan oleh tiap manusia agar dia dapat memanusiakan dirinya. Bekal yang dibutuhkan untuk mengemban suatu tanggung jawab tersebut adalah ilmu pengetahuan. Cara memperoleh pengetahuan itu salah satunya adalah membaca sebagai mana telah diwahyukan oleh Allah kepada Nabi kita Muhammad S.A.W dalam surat Al-Alaq ayat pertama. Yang artinya
 “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu”
Dengan membaca, seseorang akan memperoleh pengetahuan. Apa yang kemudia harus dibaca jikalau tulisan itu hanya al-qur’an. Meskipun Al-Qur’an telah lengkap isinya, tapi banyak orang yang belum mengetahui isinya bahkan dia jarang membacanya. Oleh sebab itu menulis itu tak kalah pentingnya dengan membaca. Salah satu ulama pernah mengatakan bahwa “ilmu itu harus diikat dengan dengan tulisan, agar tidak hilang begitu saja”. Baik ilmu yang kita peroleh melalui membaca ataupun hanya mendengarkan. Melalui pertengkaran batin inilah aku mulai mengetahui menulis itu sama pentingnya dengan membaca.hal ini kemudian kuatkan dengan ayat al-qur’an surat al-alaq ayat empat. Artinya sebagai berikut”yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam”Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.

Setelah bener-benar mantap dan yakin. Aku mulai memaksa diriku untuk menulis. Hal ini selain sebagai tanggung jawab seorang anggota UKM LKP2M aku merasa ini adalah kewajiban kita sebagai kaum akademik. Dan buah karya kita adalah sumbangan untuk masyarakat dan semua dunia keilmuan.

**** “Cogito Ergo Sum”
Kata itu asing ditelingaku saat pertama kali mendengarnya di kampus hijau ini. Bahkan saya masih ingat pernah mentertawakannya saat acara pengenalan OMIK di waktu OPAK. tak mengetahui bahasa apa yang digunakan. Apalagi artinya, tentu saja tidak tahu. Tertawaku tadi ternayta menghukum aku untuk mengejarnya dan menjadi bagian darinya.

Tak lama kemudiaan aku mengetahu makna “Cogito Ergo Sum”. kata tersebut berasal dari seorang filosof yang bernama Rene Descartes dari Prancis. Arti kata tersebut  adalah “aku berfikir maka aku ada”. Kata-kata inilah kemudian diadopsi oleh para sesepuh LKP2M sebagai jargon, sekaligus sebagai jiwa LKP2M. hingga sekarang jargon tersebut tetap kami indahkan sebagai generasi penerus. Hampir disetiap selesai kegiatan di ucapakan “salam LKP2M” dan yang lain menjawab “Cogito Ergo Sum” dengan suara lantang.

Keluarga Cogito Membangun Semangtku
LKP2M adalah salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang ada di UIN Maliki Malang yang menerapkan sistem kekeluargaan dalam merangkul anggotanya. Sehingga antar anggota satu sama lain saling mengenal akrab layaknya sebuah keluarga. Tradisi-tradisi yang dibiasakan juga mencerminkan adanya ikatan ukwah yang erat seperti makan bersama dengan iuran seikhlasnya. Jadi antara yang punya uang dan tidak dapat saling berbagi melalui wadah ini.
Akhir-akhir ini anggota Keluarga Cogito mulai berkurang. Terlihat dari masing-masing angkatan. Banyak diantara mereka yang jarang ke UKM dan jarang pula mengikuti kegiatan kajian rutin yang diadakan oleh Biro. Kajian. pelbgai cara telah di coba untuk menghubungi mereka tapi hasilnya tetap nihil. Banyak alasan yang mereka lontarkan untuk menolak ajakan. Hal ini sangat di sayangkan. Terutama pada angktanku mulai dari 50 peserta pra, sampai sekarang yang bertahan hanya beberapa saja. Awalnya dulu juga aku begitu, tak jauh beda dengan teman-teman yang lain, jika diundang untuk kegiatan ada saja alasanya. Tapi sekrang aku mulai sadar, ternyata yang butuh adalah saya dan bukan mereka. Dan sayalah yang harus bergerak. Bukannya begitu sobat…!!!

Sebuah himpunan keluarga yang harmonis dalam nuansa akademik, lama-lama membuat aku betah untuk selalu berada di UKM untuk melakukan kegiatan akademik. Aku temukan hal yang berbeda dalam keluarga ini, bukan saja kasih sayang sesama anggota tapi transfer ilmu pengetahuan setiap hari yang tak putus walau itu hanya sebuah istilah. Diskusi menjadi keseharian didalamnya. Bahkan terkadang sepatah kata yang terucap menjadi perdebatan yang tak kunjung henti.

Keluarga Cogito telah banyak menghasilkan pelbagai tokoh penting dalam bidang keilmuan, birokrasi, dan penulis handal yang telah menghasilkan banyak buku. Koran juga menjadi ladang mereka untuk menulis, menyalurkan aspirasi pribadi dan kelompok. Tapi semua itu tentu tak lepas dari sebuah proses yang lama dan komitmen yang tinggi. Pelbagai sejarah besar telah ditorehkan oleh Keluarga Cogito baik di internal kampus maupun eksternal kampus.

Inilah Keluarga Cogito tanpa sekat dan batas, tiada diskriminasi antara yang tua dan_ muda tetapi semua tetap berjalan sesuai koridor kesopanan. Gejolak-gejolak negatif hampir tak pernah ada di dalam keluarga ini. Para alumni dan senior UKM tak sungkan untuk datang kesana bersilaturohim. Kehadiran beliau-beliau dimanfaatkan oleh pengurus sebagai ajang silaturrohim dan pembekalan kepada angkatan yang baru (baca : motivasi). Kehidupan UKM yang seperti ini, yang membuat semua anggotanya enggan untuk meninggalkannya. Rangsangan yang deberikan, stimulus-stimulusnya begitu luar biasa.

Berkaca dari para senior-senior yang telah sukses dibidangnya, dapat menambah energi positif kesemangatan. Tidak hanya pada salah seorang anggota, tetapi hal ini dirasa menyeluruh oleh semua kalangan. Jika semua ini terus dipertahankan, aku yakin anggota Keluarga Cogito dalam lingkup LKP2M yang komitmen akan menjadi orang sukses kelak. Bagai kepompong yang berubah menjadi kupu-kupu yang penuh warna keindahan.
Pasukan Cogito.. Semanagt!!!
Siapakah Pasukan Cogito?
Ada istilah keluarga ada juga istilah pasukan. Ini adalah pandangan saya secara subjektif saja tanpa ada tanda keresmian dari pengurus. Tapi aku senang dengan istilah tersebut. Yang aku maksud dengan Pasukan adalah semua anggota yang baru masuk LKP2M. istilah pasukan yang saya maksud menurut redaksi pribadi saya adalah suatu kelompok yang harus dipersiapkan untuk menghadapi suatu tantangan yang ada didepan. Tantangan yang ada didepan itu dapat diartikan sebagai suatu saat nanti kita harus menjadi penerus pengurus lama dan menjadi pencerah bagi anggota baru. Bukankah begitu?
Yang namanya pasukan tentu akan mengalami kesusahan dalam perjuangannya. Begitu juga layaknya Pasukan Cogito. Kita semua dituntut untuk memaksa diri memilih bidang yang ditekuni, agar menjadi seorang pasukan yang ahli dibidangnya. Jatuh bangun, bantaian adalah hal biasa yang dirasa oleh seorang pasukan. Kobaran semangatnya mengalahkan api yang selalu membara. Tapi sayang di dalam UKM ini tidak ada denda bagi pasukan yang melanggar. Inilah yang kemudian membuat para Pasukan Cogito tidak jera untuk melakukan tidakan-tindakan yang tidak sesuai dengan koridor Pasukan Cogito. Tapi ini bukan TNI ya.. ehmmm saya lupa.!!!

Pengogodakan Pasukan Cogito berbeda dengan istilah pasukan dalam TNI atau lain sebagainya. Pasukan Cogito dididik agar dapat menjadi seorang yang bener-benar mengusai dalam bidang akademisi dalam mengembang Tri Darma perguruan tinggi. Penggodokan pasukan ini bertujuan untuk melaksanakan dan merealisasikan suatu program khusus kajian, penelitian dan pengembangan. Sehingga seorang pasukan itu dituntut mempunyai jiwa baru yang dapat memanusiakan diriya sendiri dan orang lain. Maksud dari gagasan memanusiakan itu adalah bagaimana kita dapat menjadi manusia yang memiliki SDM yang berkualitas berdaya guna dan tepat guna. Karena kita semua diciptakan sebagai seorang kholifah bagi Pribadi dan lingkungan kita.
***Tak ada usaha yang tak membuahkan hasil***

Kesuksesan dari penggodokan pasukan ini akan terlihat jelas nanti jika, sudah ada reorganisasi. Disana kita akan melihat mana pasukan yang benar-benar matang dan siap untuk menjadi wakil seniornya. Ya mudah-mudah saja nanti aku dan teman-teman yang sekarang menempuh perjuangan benar-benar menjadi seorang pasukan yang tangguh dan membidangi serta menguasai satu hal diantara tiga target utama Pasukan Cogito. Lain dari pada itu, dapat ditinjau pula dari arah produktif tidaknya seorang pasukan tersebut dalam menulis. Kalau pasukan benar-benar produktif, itu baru bisa dikatakan sebagai seorang pasukan yang siap tempur.

Menulis sebernarnya bukanlah suatu beban ataupun tugas berat yang harus diselesaikan. Pasukan Cogito yang matang, menganggap menulis itu adalah bagian dari hidupnya yang mendarah daging. Jadi tanpa adanya komando dari atasan, dia pasti menuliskan suatu yang pantas dan perlu untuk ditulis.

Pasukan Cogito semangat….!!!
Kehidupan dari seorang pasukan ini sebenarnya tidak hanya pada kawasan kampus saja. Tapi penerapan apa yang diperolah sesuai keilmuanya dan keahlian di masyarakat sangat diharapkan. Agar masyarakat itu dapat membuka mata dan melihat sesuatu hal nyata yang sedang terjadi di dalamnya. Disini Pasukan Cogito harus dapat berperan sebagai pionir layaknya semboyan yang diungkapkan kala kita masuk perguruan tinggi baik itu negeri maupun swasta. Kata itu tak lain adalah “Agent Of Change & Agent of social Control”.

Salam semangat Pasukan Cogito.
“aku mendengar, maka aku tahu”
“aku melihat, maka aku dapat”
“Aku mencoba, maka aku bisa”

Ini slogan untuk para Pasukan Cogito. Ukirkan kata pantang menyerah dalam hati kalian semua. Setiap kesusahan, perjuangan pasti akan terbayarkan. Entah apa itu hasilnya, yang jelas Allah Maha Tahu Segalanya.

***Barang siapa bersungguh-sungguh maka dia akan mendapatkanya***
Menguji Komitmen dengan Materi
Komitmen adalah sebuah nilai yang besar dalam sebuah organisasi. Karena kesuksesan seseorang tak dapat hanya diukur, hanya dengan dia mampu menguasai satu bidang tapi komitmenlah yang diutamakan. Komitmen sendiri adalah prinsip teguh seseorang untuk melakukan hal yang telah dipilihnya, walau banyak halangan yang merintang dia akan berusaha mempertahankannya.  Dalam setiap unit kegiatan mahasiswa (UKM) salah satu dari tes masuknya adalah uji komitmen. Hal ini biasanya dilakukan dengan beberapa pertanyaan yang telah disediakan sebelumnya.

Mengapa hal demikian perlu dilakukan?
Salah satu jawabanya adalah untuk mengikat seorang anggota itu. Agar dia benar-benar merasa memiliki organisasi itu, tidak hanya masuk dengan menuliskan nama saja kemudian kabur, kalau ada kegiatan di UKM. Komitmen ini juga salah satu faktor internal penentu orang tersebut lolos dalam tes komitmen. Jika dia benar-benar menjalankan, tak menutup kemungkinan dia akan sukses sesuai yang diinginkannya. Dengan demikian komitmen dalam suatu organisasi memiliki peran penting untuk peningkatan kesuksesan.

Layaknya organisasi lain. UKM LKP2M juga menempatkan tes komitmen ini sebagai tes ke dua setelah tes menulis. Tujuannya tentu sama dengan organisasi lain, yakni untuk mengikat mereka. Bahkan dalam diklat ada pula proses pembaiatan yang dinyatakan dengan nama Allah. Sungguh dosa besar  bagi kita yang telah di bait jika mengingkari apa yang telah kita ucap. Tapi tidak jarang dari kita melupakan hal itu dan terlihat spele, tak ada rasa takut sama sekali dengan yang Maha Menyaksikan kita saat kita di baiat.

Bagaimana ukuran komitemen dalam suatu organisasi?
Tentu saja antara satu sama lain memiliki cara yang berbeda, karena memang keahlian dari masing-masing UKM itu berbeda. La.., menurut saya ukuran komitmen itu didasarkan pada masing-masing keahlian mereka. Tapi yang jelas kesamaannya juga ada, yakni rajin hadir dalam setia acara jika tidak ada keperluan yang mendesak.

Dalam LKP2M misalnya, nilai komitmen minimal diukur dari kehadiran Gus dan Ning dalam menghadiri acara yang diadakan oleh pengurus. Terlebih dari itu, anggota itu dapat aktif menulis mewarnai info yang ada di media masa seperti Gus War’I dan yang lainnya. Hal ini seharusnya menjadi tolak ukur kita, seberapa besar kita komitmen di UKM yang menyatakan dirinya sebagai organisasi dalam bidang kajian, penelitian dan pengembangannya. Kita harus lebih produktif dari para pengurus, karena kesibukan kita belum begitu banyak. Ya Allah tunjukkanlah sinar terangmu pada lubuk hati kami, sehingga usaha kami dapat menemukan titik terang yang menggiring kami kejalan jiwa intelektual dan spiritual yang tinggi.

Komitmen itu ternyata bisa dibuktikan dengan uang. Tapi uang itu tak selamanya dapat mengukur tingkat komitmen seseorang. Itulah kata yang bisa aku sampaikan. Karena tak semua orang disaat yang sama memiliki tingkat materi sederajat. Materi itu malah  akan memberi beban pada orang yang masih kurang materi, yang terbiasa mengerjakan apa yang dibebankannya dengan tepat waktu. Bukannya begitu sobat..!! aku juga memegang kata komitmen yang aku ucap sendiri dalam buku ini. selama darah masih mengalir dan raga masih sanggup berjalan serta Allah mengizinkan, Aku akan berusaha untuk selalu berproses di UKM tercinta ini.

Degradasi Penulisan dalam UKM Akademis
Suatu organisasi tak terlepas dengan irma fluktuatif. Terkadang dibawah terkadang diatas dengan segala kesuksesan tokohnya. Seperti halnya sekarang yang terjadi di UKM tercinta. Menurut para sesepuh LKP2M, sekarang UKM ini sedang mengalami degradasi dalam penyaluran keahlian yang dimilikinya. Tapi aku kurang menyadari hal itu, karena umurku di UKM baru kemarin sore. Jadi belum mengetahui LKP2M yang sesunguhnya bagaimana.
Menurut cerita yang sering aku dengar, LKP2M dulu adalah organisasi yang disegani oleh setiap mahasiswa karena kemampuan dari anggotanya tak jarang melebihi dosen yang mengajarnya. Hasil karyanya yang tak dapat dihitung, serta suksesya masing-masing Direktur dibidangnya masing-masing.

Isu trakhir yang sering terngiang di telinga ini adalah LKP2M kehilangan jati dirinya. Suatu hal yang sangat menghawatirkan bagi Pasukan Cogito, jika ini dapat mengikis semangat mereka. Mulai dari segi kepenulisan sekarang, ada yang menilai tulisan dari anggota LKP2M kurang bermutu bahkan biasa saja. Dalam layout pun juga begitu, apalagi dalam penelitian hampir tak ada. Ataukah memang para anggota LKP2M memiliki budaya lain selain yang pernah dibiasakan di UKM. Bahkan ada yang mengatakan LKP2M seperti organisasi yang baru lahir.

Tapi kami sebagai Pasukan Cogito akan tetap berusaha walau kenyataan memang begini adanya. Berharap mengambalikan jiwa LKP2M yang telah hilang ditelan masa. Hal yang tak mudah memang, tapi dengan anggota sedikit kami semua akan berusaha memaksimalkan belajar kepada senior-senior tangguh. Doa pembaca juga kani harapkan, agar apa yang lama terpendam dalam jiwa LKP2M utamanya dapat terbangun kembali.
Melihat sejarah dan latar belakang, didirikannya UKM ini memberikan peningkatan kualitas akademik mahasiswa yang menjadi anggotanya. Jadi sangat di sayangkan kalau eksistensinya menghilang begitu saja. Sebagai organisasi pelopor yang memberantas plagiator haruslah tetap kokoh, mempertahankan nilai yang diembannya. Apalagi sekarang mayoritas mahasiswa kehilangan jati dirinya dalam akademisi. Dalam mengerjakan tugas, tak  jarang dari mereka yang melakukan plagiatan. Hadirnya Pasukan Cogito di tengah bangku kuliah di harapkan dapat memberikan tauladan dalam meminimalisasi unsur-unsur plagiat dalam menulis.

“Aku datang dengan sejuta harapan
Semangat dan tekad aku genggam di tangan
Perlahan buah karya mulai dihasilkan
Bukti nilai komitmen seorang pasukan”

Pesan Senior pada Gus dan Ning
Gus dan ning adalah nama khas panggilan dalam organisasi ini. Dua istilah ini diambil untuk menyamakan dan tiada pendiskriminasian antara putra Kyai dan tidak. Nama ini terlihat akrab dan mendarah daging dalam anggota LKP2M. Komunikasi antara senior pun masih tetap eksis dengan mengunakan istilah “Gus dan Neng”. Bahkan mereka senang dengan panggilan itu, merasa dihormati dan masih bagian dari UKM LKP2M walau sebernarnya sudah tak berada disana. Banyak senior LKP2M yang telah lulus kuliah dan sukses di bidangnya tapi sebagian besar aku belum mengenalnya. Karana hanya sebuah foto kusam yang menggelantung di dinding, tak menggambarkan wajah yang jelas.

Komunikasi dengan para senior yang akrab, membuat mereka sering datang ke UKM. Baik itu dalam kegiatan kajian atau diskusi biasa. Bahkan Tak jarang dari meraka yang meninggalkan sebuah pesan motivasi untuk tetep selalu berproses dan terkadang juga ada yang meninggalkan kata-kata pahit. Beberapa pesan yang aku ingat diantaranya adalah sebagai berikut.

“Gus dan ning, jika kalian ingin sukses, mari kita bersama-sama berproses dalam wadah organisasi LKP2M ini. banyak hal yang bisa kita dapatkan, jika kita benar-benar komitmen dalam naungan organisasi ini”.

“Kita itu dengan siapa saja dan kapan saja harus menjaga kesopanan, terutama etika dalam berkomunikasi, ini akan menunjukkan rasa hormat kita pada orang yang kita ajak komunikasi. Satu tambahan lagi, jadi mahasiswa janganlah sombong karena ilmu akan takut pada kita”.

“jika ingin mengkonsep suatu kegiatan, hendaknya dipersiapkanlah sematang-matang mungkin, agar hasil kegiatan maksimal serta tak ada pihak yang dirugikan”.

Salam LKP2M
“Cogito Ergo Sum”
Aku bangga dengan LKP2M. kau adalah benda mati yang tak bisa hidup sendiri tanpa dihidupi. Kami disini sebagai anggota organisasi yang bernaung dibawahmu, berharap memperolah hasil yang maksimal agar kelak sampai pada pintu kesuksesan. Aku bersedia komitmen untukmu, setia bersamamu selama Allah masih mengizinkanku. Aku akan mencoba tuk tidak lari darimu saat nanti aku berhasil mendapatknmu. Bagiku kau adalah bekal yang akan selalu menemaniku. Walau namamu tak seharum dulu. Keindahanmu tak se indah dulu. Aku tak pedulikan itu. Memang itulah hakekat kehidupan terbaru. Aku akan berusaha, suatu saat nanti akan mengembalikan bau harum serta ke indahanmu yang pernah layu.

**** Ikhtitam
Gus dan Ning sekalian!
Salam LKP2M …!! Salam Ilmiah…!!!
Ini adalah isi pikiran dari seorang anggota yang hadir kemarin sore di LKP2M. Dia mengatas namakana dirinya sebagai Pasukan Cogito. Semenetara pemahamannya tentang organisasi ini masih kurang. Tahap pemebelajaran ini sangat diharapkan dapat menjadi bekalnya di senja esok hari. Bimbingan dari senior sangat dibutuhkan, untuk memulihkan jiwa-jiwa yang telah hilang dalam UKM tercinta.
Kesan tiada tara yang belum mampu aku goreskan dalam lembaran ini untuk menyatakan rasa terima kasihku pada UKM tercinta yang telah mengispirasiku tuk selalu menulis, mengabadikan setiap langkah sejarah yang pernah terukir dalam hidup. UKM-ku Isnpirasiku, kau telah membuatku sedikit semakin paham. Sehingga aku selalu berusaha untuk memanusiakan diriku sendiri dan orang lain. Menyadarkan akan pesan Allah pada hambanya kalau kita ini sebagai khalifah di bumi.

Duduk diam diatas sajadah, melihat kebawah merasa diri ini rendah dihadapanMu, berdoa memohon agar semua yang dicita-citakan dapat tercapai pagi ini atau sore nanti. Melihat kondisi yang semakin buruk, apakah ini hanya anganku belaka. Yang jelas kini waktunya untuk berproses menunjukkan kembali aura lama yang terpendam.

Tak banyak untaian kata yang dapat aku goreskan disini. Mudah-mudahan menjadi semangat awal untuk kembali bangkit. Momen ini sungguh mengandung manfaat yang besar bagi kami semua Pasukan Cogito. Dilatih menjadi seorang panitia sekaligus sebagai peserta dalam suatu acara, tapi ini bukanlah hal yang langka. Sesekali muncul kesalahan adalah hal biasa, karena rendahnya wawasan kami semua. Bukan berarti pula kami berhenti sampai disini.”Marhaban yaa Ramadhan” hadirmu membuat aku mampu mengukir sejarah yang pertama dalam hidupku. Menjadi fasilitas kami semua tuk mengenal senior yang habat dalam pelbagai runtutan acara yang luar biasa.

****
Salam LKP2M…!!
Cogito Ergo Sum”

Tags:

Share:

0 komentar